Kamis, 23 Februari 2012

PENDIDIKAN BERKARAKTER


MEMAHAMI pendidikan adalah memahami tentang manusia dengan segala potensi yang dimilikinya. Bahkan, ukuran baik tidaknya tingkah laku manusia diukur dari latar belakang pendidikannya.
Inilah ukuran eksistensi manusia saat ini, mulai dari upaya mencari kerja sampai melamar wanita maka pertanyaan yang sering muncul adalah tentang pendidikannya. Oleh karena itu, boleh jadi seseorang telah mendewakan pendidikan untuk mendapat cita-cita dan ambisi yang diharapkan.
Namun, apabila proses pendidikan masih mengorientasikan manusia yang mendiaminya pada kecerdasan kognitif belaka dan nilai angka yang utama maka tidak heran apabila kita menemukan lulusan yang siap kerja tapi tidak bisa berkarya. Siap dipekerjakan tapi tidak mau mempekerjakan dan siap mengejar prestasi tapi tidak bisa beradaptasi.
Pendidikan karakter yang diharapkan sebagai jurus ampuh untuk menangani ketimpangan seperti ini akhirnya kesulitan untuk memainkan peran dan fungsinya. Bagaimana pendidikan karakter bisa terlaksana apabila sistem pendidikan sendiri ternyata harus diberikan pendidikan karakter terlebih dahulu.
Oleh karena itu, sistem pendidikan sejatinya harus cocok dengan program pendidikan karakter itu sendiri. Pertama, koneksitas sistem pendidikan dengan pendidikan karakter. Munculnya gagasan pendidikan karakter ini sebagai respons dari gagalnya proses pendidikan yang menghasilkan manusia-manusia yang bermoral sesuai dengan kepribadian bangsa dan agama.
Lembaga pendidikan hanya berhasil mencetak manusia yang hafal akan pelajaran, pintar menjawab soal dan itu dilakukan dengan kecurangan sehingga yang didapat hanya nilai-nilai akademik tanpa nilai moral-etik.
Kedua, konsistensi pendidikan karakter. Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk kepribadian siswa yang ideal seperti menjadi manusia yang berkarakter baik, beriman atau bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, jujur, tanggung jawab, dan disiplin.
Oleh karena itu dalam pelaksanaan di lapangan, maka yang harus menjadi titik awal pelaksanaan pendidikan karakter adalah tujuan pendidikan karakter itu sendiri. Dengan demikian, pendidikan dapat menjadi sarana yang mampu membentuk manusia berkarakter dan tentunya semua itu dapat terwujud bila pendidikan itu sendiri berkarakter.
Epi Suhaepi
Alumnus FIS Universitas Negeri Yogyakarta
===========
MDGs dan Kesetaraan Gender
TUJUAN Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals/MDGs) lahir dari deklarasi milenium, suatu konsensus global yang belum pernah terjadi yang disepakati pada 2000 oleh 189 negara anggota PBB. Dalam deklarasi ini, negara-negara tersebut bertekad mengedepankan visi global bagi perbaikan kondisi kemanusiaan di bidang pembangunan dan pengurangan kemiskinan, perdamaiaan, perlindungan lingkungan, hak asasi manusia (HAM), dan demokrasi.
Kebutuhan mutlak untuk memajukan HAM dari seluruh umat manusia agar mencapai visi ini ditegaskan dalam deklarasi. Secara khusus, pemajuan hak perempuan hingga kesetaraan gender sangat diperlukan.
Deklarasi menyatakan tegas untuk memerangi segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan untuk mengimplementasikan konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan (CEDAW). Lebih lanjut diakui arti penting mempromosikan kesetaraan dan keadilan gender dan pemberdayaan perempuan sebagai jalan efektif untuk memerangi kemiskinan, kelaparan, dan penyakit. Serta untuk merangsang pembangunan yang benar-benar berkelanjutan.
Pada saat yang sama, deklarasi milenium menegaskan kembali peran sentral kesetaraan gender dari perspektif konferensi dunia keempat tentang perempuan di Beijing (1995), dan konferensi-konferensi dunia lainnya seperti Konferensi Rio tentang lingkungan dan pembangunan (1992), Konferensi Wina tentang hak asasi manusia (1993), Konferensi Kairo tentang kependudukan dan pembangunan (1994), pertemuan puncak dunia tentang pembangunan sosial di Kopenhagen (1995), dan konferensi di Istambul tentang permukiman manusia (1996).
Lalu, konferensi-konferensi dunia yang diselenggarakan PBB pada 1990-an ini merupakan pemacu masyarakat internasional untuk bertemu kembali di tahun 2000. Pertemuan itu menyetujui langkah-langkah yang dibutuhkan untuk mengurangi kemiskinan dan mencapai pembangunan yang berkelanjutan.
Berikut delapan komitmen yang ditetapkan dalam deklarasi milenium untuk tujuan pembangunan. Pertama, menghapus kemiskinan ekstrem dan kelaparan. Kedua, mencapai pendidikan dasar universal. Ketiga, mempromosikan kesetaran gender dan pemberdayaan perempuan. Keempat, penurunan angka kematian balita. Kelima, memperbaiki kesehatan ibu. Keenam, memerangi HIV /AIDS, malaria dan penyakit-penyakit lain. Ketujuh, memastikan kelestarian lingkungan. Kedelapan, mengembangkan kemitraan global bagi pembangunan.
Akhmad Syarief Kurniawan
Anggota Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (LPM NU)
Kotagajah, Lampung Tengah.
================================
Generasi di Tangan Ibu
PEREMPUAN di Indonesia tergolong banyak jumlahnya hampir menyamai kaum laki-laki, 50% penduduk dari total 87% kaum muslim adalah perempuan/muslimah. Persoalan kepemimpinan juga menyangkut persoalan memilih pemimpin yang akan membawa Indonesia pada apakah maju atau mundur di masa depan.
Pilihan terhadap 50% kaum perempuan akan menentukan arah kepemimpinan masa depan. Akankah membawa kaum muslim kepada kemajuan atau kebangkrutan karena suara kaum perempuan berperan penting di Indonesia.
Lalu apakah peran perempuan hanya sebatas memilih calon pemimpin? Tentu tidak, bagi kaum muslimah peran kaum perempuan sangat strategis menentukan arah kepemimpinan masa depan karena ini terkait dengan perempuan sebagai ibu generasi. Generasi masa depan atau calon-calon pemimpin masa depan saat ini sedang ditangani kaum perempuan sebab peran kaum perempuan adalah ibu bagi calon-calon pemimpin. Ibu adalah sekolah yang pertama dan utama bagi generasi selanjutnya karena karakter seseorang ditentukan oleh perlakuan yang diterimanya sejak kecil. Karakter ini menyangkut apakah baik atau buruk, halus atau kasar, mulia atau keji.
Inilah peran penting kaum perempuan ketika pengasuhan dan perawatan usia dini berjalan optimal dengan target mencetak generasi pemimpin maka akan terbentuk manusia cerdas, berkepribadian islam, berakhlak mulia, dan berkarakter pemimpin. Hal seperti ini tidak muncul secara sendiri tanpa dipengaruhi masa kecil, pengasuhan, serta bimbingan ibunya. Inilah peran strategis ibu dalam harapan kepemimpinan generasi masa depan.
Kontribusi penting muslimah untuk membangun kesadaran kepada muslimah lainnya, seperti bagaimana menjadi muslimah yang salihah, bagaimana menjadi seorang ibu teladan untuk mempersiapkan generasi pemimpin masa depan, bagaimana berperan optimal dalam mengasuh dan mendidik anak-anak usia dini.
Hal ini penting untuk disosialisasikan kepada kaum muslimah lainnya karena justru di sinilah peran aktif perempuan untuk berdakwah kepada kaumnya. Peran amar makruf nahi mungkar, yakni peran politik untuk mengembalikan kaum perempuan agar memiliki kesadaran tentang kepemimpinan masa depan.
Dalam Islam, kaum muslimah juga berperan dalam dunia politik tetapi ada satu ranah aktivitas yang haram bagi perempuan yaitu sebagai penguasa/pemimpin. Berdasarkan sabda Rasulullah saw., "Tidak akan pernah berjaya suatu kaum yang menyerahkan urusan kepemimpinannya kepada perempuan."
Jika perempuan terjun dalam peran kepemimpinan maka peran keibuan sebagai pengatur rumah tangga akan terbengkalai dan bukan tidak mungkin akan terjadi krisis generasi.
Islam adalah agama yang mengatur peran secara sempurna, mengatur laki-laki sebagai pemimpin masyarakat dan perempuan sebagai pembina usia dini calon-calon pemimpin. Umat Islam kokoh di muka bumi ini karena pembagian peran yang harmonis.
Ketika perempuan muslimah sekarang dipropagandakan untuk menggugat persoalan kepemimpinan atau menggugat peran keibuan, sebetulnya inilah cara cerdas musuh-musuh Islam untuk merusak kaum muslim serta menghalangi bangkitnya Islam.
Semoga kita tidak terpengaruh atas propaganda indah yang dikemas secara elegan tapi sebenarnya bertujuan untuk mengancurkan masa depan bangsa ini karena estafet generasi berada ditangan ibu, sang pembina para calon pemimpin.
Neni Kartika
Mahasiswi FKIP Universitas Lampung;
Pelajar Hizbut Tahrir Indonesia
==================================
Kebebasan Berpendapat
Islam Vs Demokrasi
KATANYA jika berbicara soal kebebasan, alam demokrasi tempatnya. Benar jika dahulu rakyat tidak bisa bebas berpendapat karena rezim otoriter yang membelenggu. Namun faktanya kebebasaan yang digunakan di alam demokrasi menjadikan kebenaran tidak lagi hakiki.
Dulu jika orangtua memberikan wejangan pada si anak, tabu bagi si anak untuk melawannya. Atau ketika pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan, tabu bagi rakyat unuk mengkritiknya. Sekarang kebebasan berpendapat ada di seluruh lini kehidupan baik di keluarga, masyarakat maupun pemerintahan.
Saat ini jika ada seseorang yang mengganggap pendapatnya yang benar bisa dikatakan ia ketinggalan zaman, karena di alam demokrasi setiap pendapat harus dihargai. Tidak ada kebenaran secara mutlak. Melihat fenomena ini wajar, karena manusia diberi akal. Namun, apakah kebebasan berpendapat ini harus dihargai tanpa memandang yang disuarakan itu adalah sesuatu yang benar atau salah?
Inilah yang menjadikan kebebasan dalam alam demokrasi harus ditoleransi, karena jika seseorang yang memilki prinsip sekuler dalam hidupnya akan setuju dengan ini. Namun, jika masyarakat yang memiliki prinsip agama sebagai pengatur kehidupan tentu akan bertentangan karena akan merusak sendi-sendi kehidupan agama tersebut. Akibatnya masyarakat tersebut akan berpendapat bahwa prinsip agama sudah tidak populer dan akan berprinsip sekuler.
Dalam Islam dinyatakan, bahwa Allah memberi manusia karunia akal sehingga wajar jika akal difungsikan muncul perbedaan pendapat. Islam sangat menghargai perbedaan pendapat, tapi memberikan fondasi pada kita sebagai seorang muslim bahwa perbedaan tersebut harus memiliki referensi, yakni Alquran dan Hadist.
Jadi dalam Islam seorang muslim dituntun untuk mencari kebenaran dengan Alquran dan Hadist, bukan menggunakan akal sebebas-bebasnya untuk mengambil keputusan.
Inilah fakta yang kontradiktif, dalam peradaban sekuler seseorang tidak bisa memutlakkan kebenaran tetapi dalam Islam kemutlakan kebenaran adalah milik Allah dan Rasul. Alhasil, Islam sangat menghargai kebebasan berpendapat selama mengacu pada Alquran dan Hadist. Kebebasan yang tidak diperbolehkan dalam Islam adalah kebebasan dengan standar akal semata.

Selasa, 21 Februari 2012

PENGALAMAN SELAMA DI SEKOLAH

Pengalaman yang paling mengesankan selamat bersekola di SMP Mardi Waluya 2 kota Sukabumi.
Hal pertama saat di angkat menjadi anggota Osis, pengalaman selama menjabat jadi  Osis, saat meng MOPD anak yang baru masuk. memeriksa makanan yang dibawa calon anak-anak kelas 7. jika mereka salah membawa makanan atau minumannya, maka akan diambil dan diberi sangsi .kemudian saat diberi pengarahan tentang visi dan misi sekolah, diberi pengarahan lingkungan hidup, bahaya kenakalan remaja. sesudah pengarahan itu, waktunya permainan dimulai, anak-anak tersebut harus mengikuti permainan dengan baik dan benar. permainan yang disediakan seperti mumi yang dibalut memakai tisu gulung, membuat yel-yel, dan lain-lain. pengalaman yang menyenangkan selama menjadi anggota Osis.
kemudian saat mendekorasi gedung untuk natal dan perpisahan. semua anggota Osis diberi tanggung jawab yang sangat tinggi. kami diberi tanggung jawab untuk mendekorasi gedung dengan sebaik mungkin. semuanya mendekorasi gedung dengan sangat teliti. kami mengerjakan hingga malam agar hasilnya baik.
kemudian saat berada disekolah, kami bisa bersosialisasi dengan umat beragama yang berbeda. contohnya saat natal, kami semua merayakan secara bersama-sama dan sebaliknya saat sekolah mengadakan buka puasa bersama.
kemudian saat staditur ke Yogyakarta bersama anak kelas 8 dan 9. kami pergi pada siang hari dan saya berada dibis 1. di bis 1 kami bercanda ria dan bernyanyi bersama. dan ketika sudah malam hari, semuanya pada tidur dibis karena kelelahan. saat sampai di Yogyakarta, kami ke sebuah resort untuk istirahat, bebersih diri, dan makan pagi. kemudian kami berangkat ke museum dirgantara untuk berkunjung. disana kami berfoto-foto untuk dijadikan kenang-kenangan dan untuk membuat laporan ilmiah. kemudian setelah dari museum dirgantara kami menuju ke candi prambanan, disana hanya ada beberapa candi. kami memasuki beberapa candi yang boleh dikunjungi. setelah itu, kami pergi ke restoran untuk makan dan istirahat, kemudian kami ke hotel untuk check in dan bebersi diri. malamnya kami dibolehkan untuk jalan-jalan di malioboro. pengalaman yang sangat mengesankan. kemudian, saat akan pulang kami mengunjungi candi borobudur. disana kami menaiki beberapa tangga dan kami berfoto bersama untuk dijadikan kenang-kenangan . setelah itu kami pulang ke sukabumi. 



Data Diri

Nama : Mochmad Arbi Maulana
TTL : Sukabumi, 04 Oktober 1996
Alamat : Jln. Pelda Suryanta no. 49 Sukabumi
Sekolah : SMP Mardi Waluya 2 Sukabumi
Cita-cita : Chef
Hobby : Futsal-masak
Agama : Islam